Gambar ilustrasi penanggulangan dan penyelamatan korban bencana banjir / Destagana |
“Semua provinsi ada, kecuali DKI Jakarta,” kata Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB, Muhtaruddin, di Banyuwangi, 10 April 2013, seperti yang ditulis Tempo Online
Masih menurutnya, program Destagana dikhususkan untuk desa yang berpotensi mengalami bencana puting beliung, longsor, banjir, dan kekeringan. Dan tujuannya untuk menyiapkan masyarakat yang lebih siap menghadapi bencana. Kesiapan itu diwujudkan dalam dokumen penanggulangan bencana yang berlaku lima tahun.
Ada sembilan program yang harus dilakukan oleh setiap Destagana, yakni analisis resiko dengan membuat peta ancaman, kerentanan, dan kapasitas; mendirikan forum relawan; rencana aksi komunitas, rencana kontijensi desa; membuat jalur evakuasi, dan jalur ekonomi untuk pembiayaan pasca bencana.
Seperti yang dilansir Tempo Online, BNPB menggelontorkan anggaran Rp 195 juta per desa. Rinciannya, Rp 140 juta untuk membuat dokumen penanggulangan bencana dan sisanya dipakai untuk biaya sosialisasi.
Kabupaten Ngawi yang dilintasi Sungai Solo dan Sungai Madiun yang begitu rentan terhadap bencana banjir, kecipratan program BNPB ini. Yakni Desa Waruk Tengah Kecamatan Pangkur – Ngawi dan Desa Simo Kecamatan Kwadungan – Ngawi.
Tri Aprilianto dan Abdul Basid selaku pendamping, memberikan sosialisasi program Destagana yang berkelanjutan sejak 22 September 2015 lalu di Desa Waruk Tengah. Sebanyak 30 peserta dari unsur pelaku usaha, tokoh masyarakat, Karang Taruna, dan PKK yang dilakukan di Pendopo Desa Waruk Tengah – Pangkur, Sabtu (17/10/2015).
Kepala Desa Waruk Tengah, Mulyanto, mengaku bangga atas terpilihnya sebagai desa tangguh untuk menghadapi jika ada bencana alam. “Karena desa kita berada dekat dengan Sungai Madiun, hal ini perlu adanya pendayagunaan dan kemampuan masyarakat untuk menghadapi bencana banjir, puting beliung, maupun kekeringan,” terangnya.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar